Ma'tinggoro tedong dalam bahasa Indonesia berarti "Menyembelih kerbau", kegiatan ini adalah salah satu dari rangkaian adat upacara kematian (Rambu Solo') di Toraja. Namun yang tidak biasanya ketika menyembelih hewan korban, yaitu tata cara orang Toraja berbeda dengan cara dari daerah lain.
Biasanya kerbau di tambatkan pada sebuah batu yang diberi nama " Simbuang Batu", tapi ada juga kerbau yang tidak ditambatkan atau tidak diikat kakinya sama sekali. Kerbau lalu dijinakkan, ketika kerbau sudah dalam keadaan tenang, si penyembelih akan menebas langsung ke leher kerbaunya dengan menggukan La'bo' (Parang/Golok) Toraja yang sangat tajam.
Dalam beberapa kesempatan, terkadang seorang penyembelih berhasil hanya dengan sekali tebas kerbaunya langsung jatuh dan mati, namun ada juga penyembelih yang kurang mulus melakukan cara ini, karena menebas leher kerbaunya lebih dari sekali tebasan.
Hewan kerbau akan disembelih dalam upacara kematian, karena menurut kepercayaan Aluk Todolo (Aturan Leluhur), kerbau adalah sebagai "kenderaan yang akan digunakan oleh arwah almarhum/ah untuk bisa sampai ke Puya (surga).
Jadi ketika anda berkunjung ke Toraja dan melihat langsung upacara adat Rambu Solo', maka anda tidak akan terkejut melihat orang Toraja menyembelih kerbaunya dengan cara seperti ini. Karena anda telah memahami adat dan tradisi Toraja.
PRO & KONTRA
Dilihat dari tata caranya, memang banyak kontroversi dari masyarakat luar Toraja yang menolak cara seperti ini (termasuk komunitas pencinta hewan), namun bagi orang Toraja cara ini adalah cara turun termurun yang tidak bisa dirubah.
Pendapat atau Keyakinan setiap orang memang berbeda-beda, yang jelas semua akan damai jika kita saling menghormati perbedaan tersebut. Setuju maupun tidak setuju dengan cara seperti ini, adat & tradisi Toraja mempunyai maksud dan tujuan tertentu.
SALAM BUDAYA..
KURRE SUMANGA'
tabe'..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar