Perkembangan budaya pemakaian aksesoris (hiasan) penari (Pa'gellu') Toraja dari jaman dulu hingga jaman sekarang sering menjadi "suatu tema" yang di perdebatkan di antara sesama orang Toraja yang masih kurang mengerti adanya sedikit perubahan di karenakan oleh perkembangan jaman yang semakin modern.
Sebelum kita membahas mengenai hal ini mari kita cari tau dulu pengertian-pengertian tentang Budaya, Klasik, Kreasi, Inovasi dan Perkembangan Jaman.
BUDAYA = Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang lalu di wariskan dari generasi ke generasi.
KLASIK = Klasik secara harafiah berarti; berasal dari masa lampau, tetapi tidak kolot atau ketinggalan jaman. Kata ini juga memiliki konotasi agung, adiluhung dan serbah tinggi. Klasik membutuhkan waktu yang lama untuk di akui sebagai sesuatu yang klasik. Klasik sendiri adalah sesuatu yang tidak pernah mati atau tenggelam, klasik selalu di kenal karena muncul dari dulu dan di akui sampai turun-temurun.
KREASI = Hasil daya cipta; hasil daya khayal (penyair, komponis, pelukis, penari, dll) Kreasi adalah buah pikiran atau kecerdasan akal manusia.
INOVASI = Inovasi merupakan setiap ide ataupun gagasan baru yang belum pernah ada ataupun di terbitkan sebelumnya. Sebuah inovasi biasa berisi terobosan-terobosan baru mengenai sebuah hal yang di teliti oleh sang inovator (orang yang membuat inovasi).Inovasi biasanya sengaja di buat oleh sang inovator melalui berbagai macam akal ataupun penelitian yang terencana.
PERKEMBANGAN JAMAN = Perkembangan jaman merupakan suatu evolusi dan sesuatu perubahan yang di alami masyarakat baik dari kebudayaan, teknologi, pengetahuan dan adab.
Jika kita mengamati sejarah dan melihat bagaimana leluhur kita menggunakan pemakaian aksesoris ini kita makin mengerti kenapa, bagaimana, kok bisa, ada sedikit perubahan cara memakai aksesoris jaman dulu di bandingkan sekarang. Beberapa waktu yang lalu saya menerima kritikan dari seseorang yang mengirimkan pesan kepada saya, mengatakan bahwa; "budaya memakai topi bagi penari itu bukan budaya Toraja, tapi yang aslinya memakai Pasa'pi' ". Saya hanya diam tidak menjawab, padahal jika kita melihat kembali sejarah,"budaya memakai Pasa'pi' juga bukanlah budaya asli pada awal mulanya, karena budaya aslinya adalah penari memakai buah berwarna kuning (buah kayu Karoya), yang di anyam dan di jadikan hiasan kepala dan di jadikan rante (kalung). Budaya memakai Pasa'pi' muncul ketika adanya kreasi baru dan tetap bertahan hingga kini. Melihat aksesoris yang di gunakan pada awal mulanya sebelum munculnya kreasi anyaman manik-manik seperti Kandaure', tahun 30-an hingga tahun 80-an, para leluhur kita menggunakan buah kayu Karoya yang bentuknya seperti bulatan telur, ukurannya sebesar ibu jari kaki dan berwarna kuning. Karena warnanya yang cantik dan kepercayaan leluhur kita bahwa warna kuning adalah kehidupan dan berhubungan dengan rambu tuka', maka di pilihlah buah Karoya sebagai hiasan kepala dan di jadikan juga sebagai kalung. Pada bagian leher ada kalung Rara' yang terbuat dari bambu kecil, bagian leher yang di ikatkan adalah biji-bijian tumbuhan kecil biasanya orang Baruppu' menyebutnya; "biji-bijian Sirope". Tumbuhan Sirope tersebut biasanya tumbuh di pinggir sungai, biji Sirope inilah yang di rangkai panjang seperti Kandaure' yang kemudian di ikat di leher penari. Lalu pada bagian pinggul penari sewaktu itu belum ada Ambero, jadi daun muda Indu' (daun muda pohon Serambi) yang di ikat pada bagian pinggul penari, sehingga daun muda Indu' itu di biarkan jatuh turun menutupi sarung penari. Dan tidak ketinggalan yaitu Gayang (keris) di pinggang bagian depan penari, Gayang yang di gunakan biasanya lebih dari satu Gayang, terkadang seorang penari memiliki Gayangnya dua hingga tiga Gayang.
Namun pada tahun sekitar 70-an hingga sekarang aksesoris penari mulai berubah yang dominan terbuat dari manik-manik plastik (manik pasir). Setelah orang Toraja mengenal anyaman manik-manik Kandaure', aksesoris bagian kepala penari pun di kreasikan menjadi Pasa'pi'. Bagian dada di pakaikan manik anyaman Kandaure', bagian pinggul juga di pakaikan manik-manik yang kita kenal dengan sebutan Ambero, begitu juga dengan kalung Rara' terbuat dari plastik, kayu, maupun besi. Hingga kini aksesoris ini tetap di gunakan sebagai aksesoris resmi dalam pakaian adat Toraja.
Lalu masuk pada tahun 2000-an aksesoris penari pun sedikit mengalami perubahan yaitu kebanyakan aksesoris kepala penari memakai topi etnik Toraja,Sa'pi' tetap di gunakan dengan cara di ikat pada bagian topi etnik. Hingga masuk pada jaman sekarang (jaman now/kekinian) beragam macam bentuk topi etnik yang di gunakan penari Toraja, kemampuan kreatifitas anak-anak Toraja yang melahirkan inovasi baru model aksesoris penari Toraja namun tetap mempertahankan ciri khas Toraja seperti memakai manik-manik, dan bulu manuk birang (bulu ayam betina) yang berwarna coklat dan putih. Budaya memakai topi etnik ini terinspirasi dari budaya tari Ma'katia', dimana aksesoris yang di gunakan oleh penari Ma'katia' memakai topi etnik. Namun ada juga yang mengatakan bahwa budaya memakai topi etnik ini terpengaruh dari budaya penari Mamasa yang biasanya menggunakan topi etnik. Namun budaya memakai topi etnik ini sering di anggap oleh sebagian orang yang belum mengerti tentang "kreasi" sebagai"bukan budaya asli Toraja, budaya mengada-ada, dll". Hal ini terkadang menjadi perdebatan diantara orang Toraja yang setuju dan yang kurang setuju.
Bagi saya secara pribadi tidak masalah dengan budaya baru penari Toraja memakai topi etnik. Budaya baru tetap harus di kembangkan sebagai inovasi baru , namun budaya lama juga harus tetap kita lestarikan tidak boleh di tinggalkan. Bagi saya tidak perlu pusing atau ribut-ribut berdebat dengan sesama mengenai hal ini. Sebenarnya jika kita bijaksana tinggal atur saja pemakaian aksesoris ini sesuai dengan fungsinya. Jika penari Toraja membawakan tari Pa'gellu' tua, maka harusnya aksesorisnya mengikuti sesuai jamannya. Jika penari Toraja menampilkan tari kreasi, aksesorisnya pakailah yang terbaru. Tinggal dari kita saja yang bijaksana bisa menempatkan aksesoris mana yang cocok dengan apa yang akan di bawakan oleh penari.
Daripada kita ribut-ribut mengenai hal ini, lebih baik kita membahas banyak hal-hal lagi yang lebih kritis contohnya seperti;
1. PEREMPUAN MEMAKAI SIMBOL TANDUK.
2. LELAKI MEMAKAI AMBERO.
3. PENARI LELAKI MENAIKI GENDANG.
4. SUDAHKAH RAGAM BUDAYA KITA"DIPATENKAN" DI KEMENTERIAN HAK CIPTA, AGAR TIDAK DIKLAIM OLEH SUKU LAIN ?
Salam budaya.. Tabe' solanasang..Kurre' Sumanga'...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar